Ribuan Siswa di Bandung Antusias Ikuti Pemeriksaan dan Kacamata Gratis

6 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Penggunaan teknologi termasuk gadget yang berlebihan, membuat kenaikan jumlah anak yang terdeteksi alami mata minus. Melihat kondisi ini, Bank BCA berkerja sama dengan sejumlah sekolah di Kota Bandung, rumah sakit, dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) melakukan pemeriksaan kacamata gratis.

Sebanyak 2.110 siswa di Bandung Raya mendapat kesempatan untuk pemeriksaan mata. Serta, ada 300 lebih siswa mendapat kacamata gratis. Salah satu siswa yang mendapat kacamata gratis adalah Fairuman dari SMAN 1 Ciparay. Menurutnya, selama ini memang sudah merasa matanya sering buram ketika melihat sesuatu yang jaraknya agak jauh. Namun, tidak pernah memeriksakan diri dan terpaksa belajar dengan keadaan mata minus.

Setelah mengikuti pemeriksaan, kata Fariuman, barulah ia mengetahui matanya minus 2 1/4 di mata kanan dan kiri. "Sekarang udah dapat kacamata jadi enakan kalau lihat ga ada buram," ujar Fariuman, Jumat (17/10/2025).

Sementara menurut Mutiara, kelas 2 SMP Pasundan 1 Kota Bandung. Selama ini, Fariuman memang sudah alami minus dan silindris, tapi sudah setahun tidak melakukan pengecekan. Setelah ikut program ini dia akhirnya tahu ada penambahan dalam minus dan silindris matanya "Setahun ga pernah cek mata lagi padahal kan emang harus yah. Nah pas di sini sekarang ikut jadi tahu (ada kenaikan). Sekarang sudah dapat kacamata baru yang sesuai," katanya.

Di tempat yang sama, Dokter Spesialis mata dari Rumah Sakit Boromoeus, Ivone Caroline mengatakan, saat ini ada kenaikan angka anak dengan mata minus. Karena, penggunaan teknologi termasuk gadget yang berlebihan.

Tidak sedikit, kata dia, anak yang harus terus membawa ponsel baik ketika ada di rumah maupun bepergian. Pemakaian yang berlebihan tersebut membuat kemungkinan anak alami mata minus makin meningkat. "Semua kita pakai handphone, dan anak-anak juga. Anak-anak dari sekolah sekarang udah mulai diajakan mengenai teknologi digital. Jadi belajar dari handphone, mengerjakan tugas dari handphone atau laptop, seperti itu," kata Ivone.

Kondisi ini, kata dia, tidak hanya ada di Indonesia melainkan di seluruh dunia. Maka, harus ada cara agar anak bisa diminimalisir dalam pemakaian gadget sehingga tidak terlalu dini alami mata minus. Namun, sayangnya saat ini masih sedikit minat orang tua untuk membawa anaknya pergi memeriksakan mata. Padahal, anak atau siswa tidak akan paham betul apakah mereka alami mata minus walaupun penglihatannya buram.

"Karena itu memang untuk kegiatan screening dari kacamata atau refraksi ini sangat penting untuk mendeteksi gangguan refraksi atau mata minus pada anak-anak, terutama usia sekolah ya, kan butuh untuk belajar," katanya.

Idealnya, kata dia, ketika anak yang tidak merasa ada masalah pada mata bisa melakukan pemeriksaan sekali sebelum lima tahun. Namun, ketika merasa ada masalah bisa langsung memeriksakannya.

Eksekutif Vice Presiden BCA Hera F Karin mengatakan, program pemeriksaan dan pemberian kacamata gratis dilakukan agar anak-anak bisa lebih cemerlang saat belajar. Harapannya, dengan belajar makin mudah prestasi yang didapat pun kian gemilang.

Menurutnya, selama ini banyak siswa yang duduk di kursi bagian belakang kelas kemudian tidak fokus dalam belajar karena kondisi mata minus. Alhasil ilmu yang diberikan guru pun justru terlihat buram. "Kalau ga maksimal belajarnya nanti prestasinya pun jadi tidak optimal. Maka kami merasa berbahagia bisa berkolaborasi dalam program ini," kata Hera.

Hera menilai, mata merupakan indra yang paling fundamental untuk semua, khususnya para siswa calon penerus bangsa. Melalui pemeriksaan mata dia harap para siswa ini semakin nyaman dalam belajar dan mampu memanfaatkannya untuk hal-hal positif di kemudian hari.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |