Timnas Indonesia 2025-10-29 21:19:29
Dukungan suporter Timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (25/3/2025) malam. (Nizar Galang/Skor.id)SKOR.id - Di tengah meningkatnya antusiasme masyarakat terhadap sepak bola nasional, arus informasi di media sosial justru semakin tidak terkendali.
Platform yang seharusnya menjadi sarana berbagi informasi kini kerap disalahgunakan untuk menyebarkan isu sensasional, provokasi, dan kabar palsu demi mengejar popularitas semu.
Akibatnya, publik sepak bola sering terjebak dalam pusaran disinformasi yang merugikan.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Beberapa pekan terakhir menjadi bukti nyata betapa mudahnya kabar salah dipercaya publik. Banyak akun anonim di media sosial memanfaatkan isu seputar Timnas Indonesia dan PSSI untuk memancing emosi netizen. Konten yang dibuat bukan untuk memberikan pencerahan, melainkan untuk menciptakan drama dan menarik perhatian.
Kasus terbaru terjadi pada Minggu (26/10), ketika beredar berita bohong yang menuduh Ketua Umum PSSI Erick Thohir memecat pelatih Shin Tae-yong karena alasan pribadi. Kabar ini bahkan mencatut nama iNews tanpa dasar yang jelas. Pemimpin Redaksi iNews Media Group, Aiman Witjaksono, langsung memberikan klarifikasi bahwa informasi tersebut tidak benar dan sepenuhnya hoaks.
Peristiwa serupa kembali terjadi dua hari kemudian. Tim Cek Fakta Kompas.com membantah klaim dalam sebuah video viral yang menyebut Erick Thohir telah memilih pelatih asal Jepang untuk menukangi Timnas Indonesia. Setelah diverifikasi, informasi tersebut terbukti keliru dan menyesatkan.
Dua contoh tersebut menegaskan bahwa media sosial dapat mengaburkan batas antara fakta dan opini, antara informasi dan spekulasi. Netizen yang tidak hati-hati dalam memilah informasi kerap ikut menyebarkan kabar bohong tanpa sadar, memperkuat persebaran hoaks yang justru merusak upaya mencerdaskan publik sepak bola nasional.
“Fenomena ini menunjukkan rendahnya literasi digital di kalangan publik sepak bola kita. Banyak orang ingin tahu cepat, tapi tidak ingin tahu benar. Padahal, berita palsu bisa membentuk opini salah dan merusak kepercayaan terhadap PSSI,” ujar Edison Bonar Tua Hutapea, Dosen Magister Ilmu Komunikasi dan Pengamat Media dari Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (29/10).
Edison menegaskan, sudah saatnya publik berhenti percaya buta pada media sosial dan mulai aktif melawan disinformasi. Masyarakat perlu membiasakan diri untuk memeriksa kebenaran berita dari sumber resmi dan media kredibel sebelum membagikan atau mempercayainya.
“Media sosial bukan musuh, tetapi jangan dijadikan satu-satunya sumber kebenaran. Cerdaslah memilih sumber berita yang dapat dipertanggungjawabkan secara jurnalistik,” tutupnya.
Sumber: skor.id
Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
.png)
3 hours ago
1
















































