Home > News Thursday, 09 Oct 2025, 05:13 WIB
Orside dirancang secara spesifik untuk merevolusi deteksi dini dan memangkas waktu diagnosis kanker mulut.

MAGENTA -- Kanker mulut adalah kanker yang menyerang dinding mulut, bibir, lidah, gusi, dan langit-langit. Kanker ini juga dapat terjadi pada jaringan di tenggorokan dan kelenjar ludah.
Biasanya seseorang baru sadar terdiagnosis kanker mulut ketika sudah masuk stadium lanjut. Hal ini terjadi karena gejala awal yang sulit teridentifikasi.
Prosedur diagnosis konvensional kanker mulut terkenal menyakitkan, biaya besar, dan memerlukan waktu tunggu hasil yang lama, sehingga memperlambat upaya penanganan dini.
Melihat hal tersebut, Tim Riset Program Kreativitas Mahasiswa Karya Cipta (PKM-KC) UGM membuat terobosan dengan mengembangkan alat deteksi cepat kanker mulut.
Mereka adalah kolaborasi lintas disiplin 5 mahasiswa UGM, yaitu Heironymus Damar Jati Danisworo dan Aurelius Galih Arkananta dari FT UGM, Hikmat Sejati dari FMIPA UGM, serta Fatimah Islamia dan Tyasadwi Bumi dari FKG UGM.
BACA JUGA: Tujuh Mahasiswa AS Belajar Soal Pancasila dan Keberagaman Agama di UGM
Terobosan teknologi revolusioner tersebut diberi nama, Orside: Detektor Lesi Pra-kanker Portable Berbasis Fluoresensi dengan Deep Learning Convolutional Neural Network (CNN).
Orside dirancang secara spesifik untuk merevolusi deteksi dini dan memangkas waktu diagnosis kanker mulut. Tim Orside dibimbing langsung oleh Dr. drg. Indra Bramanti dari Fakultas Kedokteran Gigi UGM.
Ketua Tim Orside Heironymus Damar Jati menjelaskan, inti inovasi ini terletak pada penggabungan teknologi fluoresensi dan kecerdasan buatan. Kombinasi canggih ini memungkinkan pemeriksaan lesi pra-kanker dilakukan dengan lebih cepat dan akurat di lokasi perawatan (point-of-care).
“Kami ingin menghadirkan teknologi yang bisa mempercepat proses deteksi, lebih nyaman bagi pasien, dan pada saat yang sama, tetap menjamin tingkat akurasi tinggi bagi tenaga medis,” kata Heironymus, Senin (6/10/2025).
Aurelius Galih menambahkan, secara teknis Orside memanfaatkan cahaya fluoresensi biru untuk membedakan jaringan sehat dan abnormal pada rongga mulut. Kamera mini yang terhubung melalui Bluetooth menangkap citra jaringan, kemudian menganalisisnya dengan algoritma CNN canggih.
BACA JUGA: Kunjungi UGM, Prancis Ingin Pelajari Toleransi Beragama di Indonesia