REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Ribuan warga Palestina yang terlantar pada Jumat berjalan melintasi tanah terlantar di Gaza untuk kembali ke reruntuhan rumah mereka yang ditinggalkan selama agresi Israel. Hal ini setelah gencatan senjata diberlakukan dan pasukan Israel mulai mundur berdasarkan perjanjian untuk mengakhiri perang.
Jurnalis Mohammad Rabah melaporkan kepada Republika, ratusan ribu pengungsi Palestina kembali ke Kota Gaza melalui Jalan Al-Rasheed pada Jumat, menyusul pengumuman tentara Israel bahwa perjanjian gencatan senjata telah resmi berlaku.
Sementara puluhan anak-anak pengungsi Gaza merayakan berlakunya gencatan senjata di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah. Anak-anak mengungkapkan kegembiraan mereka, meneriakkan slogan-slogan yang mendukung perlawanan, dan menyerukan dunia untuk menghukum Israel atas kejahatannya.
Reuters melaporkan, sekelompok besar orang berjalan kaki ke utara di sepanjang jalan pantai yang menghadap ke pantai berpasir menuju Kota Gaza, wilayah perkotaan terbesar di wilayah tersebut. Wilayah itu baru beberapa hari lalu diserang dalam salah satu serangan perang terbesar Israel.
“Alhamdulillah rumah saya masih berdiri,” kata Ismail Zayda (40 tahun), di distrik Sheikh Radwan, Kota Gaza. “Tetapi tempat ini hancur, rumah-rumah tetangga saya hancur, seluruh distrik hancur.”
Di selatan, orang-orang memilih jalan melalui pemandangan bulan yang berdebu yang dulunya merupakan kota terbesar kedua di Gaza, Khan Younis, yang dihancurkan oleh pasukan Israel awal tahun ini. Sebagian besar berjalan dalam diam. Seorang anak laki-laki terhuyung-huyung di bawah kasur busa.
Seorang pria paruh baya, Ahmed al-Brim, mendorong sepeda dengan bungkusan kayu bekas yang diikatkan di depan dan belakang. Keluarganya membutuhkan kayu bakar untuk memasak. Hanya itu yang bisa mereka pulihkan dari reruntuhan rumah mereka.
"Kami pergi ke daerah kami. Dibasmi. Kami tidak tahu ke mana kami akan pergi setelah itu," katanya. “Kami tidak bisa mendapatkan perabotan, atau pakaian, atau apa pun, bahkan pakaian musim dingin pun tidak. Tidak ada yang tersisa.”
Ketika hari semakin larut dan menjadi jelas bahwa pasukan tidak lagi memblokir jalan-jalan menuju kota-kota, gelombang awal berubah menjadi banjirnya warga Palestina yang kembali dari tenda-tenda darurat ke rumah-rumah yang mereka tinggalkan.
Anak-anak pengungsi merayakan gencatan senjata di Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa, Deir Ballah, Jalur Gaza, Jumat (10/10/2025).
Mahdi Saqla (40) mengatakan keluarganya memutuskan untuk berangkat ke utara menuju Kota Gaza segera setelah mereka mendengar berita gencatan senjata.
“Tentu saja tidak ada rumah – semuanya hancur,” katanya. “Tetapi kami gembira bisa kembali ke tempat asal kami, bahkan melewati puing-puing. Itu juga merupakan kebahagiaan yang besar. Selama dua tahun kami menderita, terpaksa mengungsi dari satu tempat ke tempat lain.”