Dampak Negatif Melewatkan Sarapan Bagi Kesehatan Jantung

22 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru menemukan melewatkan atau menunda waktu sarapan dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Communications Medicine dan melibatkan lebih dari 3.000 orang dewasa di Inggris.

Penelitian tersebut menunjukkan setiap satu jam penundaan sarapan berkaitan dengan peningkatan risiko kematian sebesar 10 persen dalam kurun waktu 10 tahun. Meski bersifat observasional, para peneliti menilai hasil ini memperkuat bukti bahwa waktu makan memiliki peran penting terhadap kesehatan jantung.

Ahli gizi yang memimpin British Heart Foundation, Tracy Parker, menyebut bahwa hasil ini selaras dengan pemahaman mengenai ritme sirkadian atau jam biologis tubuh. "Penelitian ini menambah bukti bahwa kapan kita makan mungkin sama pentingnya dengan apa yang kita makan untuk kesehatan jantung. Ritme sirkadian tubuh memengaruhi bagaimana kita mencerna dan menyerap nutrisi. Gangguan pada ritme ini bisa berdampak buruk terhadap kesehatan jantung," kata Parker seperti dilansir laman Female First, Kamis (16/10/2025).

Temuan ini juga sejalan dengan riset sebelumnya yang dimuat dalam Journal of the American College of Cardiology, yang menganalisis lebih dari 6.500 peserta. Studi tersebut menyimpulkan individu yang tidak pernah sarapan memiliki risiko kematian dini 75 persen lebih tinggi dan lebih dari dua kali lipat risiko meninggal akibat penyakit kardiovaskular.

Selain itu, mereka yang kerap melewatkan sarapan juga cenderung mengonsumsi lebih banyak gula dan lebih sedikit nutrisi penting di siang dan malam hari. Kebiasaan ini meningkatkan risiko obesitas, kolesterol tinggi, serta lonjakan gula darah yang menjadi faktor utama penyebab penyakit jantung.

Profesor Alexandra Johnstone dari Rowett Institute, Universitas Aberdeen, menjelaskan bahwa sensitivitas tubuh terhadap insulin lebih tinggi di pagi hari, seiring dengan jam biologis yang disesuaikan untuk makan saat terang dan tidur saat gelap. "Tubuh lebih mampu mengolah makanan besar di pagi hari. Namun kenyataannya, sebagian besar orang justru mengonsumsi sekitar 40 persen kalori hariannya di malam hari," kata Johnstone.

la pun menyarankan pola makan yang seimbang dengan sarapan sebagai prioritas utama. "Kita sebaiknya sarapan seperti raja, makan siang seperti pangeran, dan makan malam seperti orang miskin. Usahakan makan pertama dilakukan dalam dua jam setelah bangun tidur. Jika menjalani puasa intermiten, lebih baik makan malam lebih awal dan tetap sarapan, daripada menunda semua waktu makan," kata dia.

Para ahli juga merekomendasikan sarapan bergizi yang kaya protein dan serat. Melewatkan sarapan, menurut mereka, bisa memicu pola makan tidak sehat sepanjang hari yang berujung pada peningkatan risiko penyakit jantung.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |