Bulog Hasilkan 7,2 Ton GKP per Hektare di Karawang, Diolah Jadi Beras Premium

5 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Direktur Pengadaan Perum Bulog, Prihasto Setyanto, menyampaikan komitmen perusahaan dalam mengoptimalkan aset pertanian milik sendiri melalui budidaya mandiri. Salah satunya dilakukan di Desa Kepuh, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang. Dari lahan seluas 5,5 hektare yang sepenuhnya dimiliki Bulog, produksi gabah kering panen (GKP) mencapai 7,2 ton per hektare.

Prihasto menjelaskan, lahan budidaya di Kepuh menjadi bagian dari program PMO Mitra Tani yang dikembangkan sejak 2024. Program ini merupakan langkah strategis Bulog dalam memperkuat cadangan pangan nasional dengan memanfaatkan aset perusahaan secara produktif.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

“Lahan di Kepuh ini betul-betul aset Bulog. Hasil ubinan menunjukkan produksi mencapai 7,2 ton per hektare, dan ini cukup tinggi,” ujar Prihasto di lokasi panen, Selasa (4/11/2025).

Bulog menerapkan tiga pola kerja sama dalam pengembangan pertanian, yakni kemitraan sinergis dengan petani, program Makmur BUMN bersama Pupuk Indonesia, dan pola mandiri yang menggunakan lahan milik Bulog sepenuhnya. Pola terakhir ini menjadi fokus utama pengembangan karena seluruh pembiayaan dan hasilnya dikelola langsung oleh perusahaan.

Prihasto mengatakan, apa yang dilakukan di Karawang menjadi dasar untuk memperluas konsep budidaya mandiri ke sejumlah lahan milik Bulog lainnya, di antaranya Cikalong seluas 3 hektare, Marunda 50 hektare, dan Cibitung 6 hektare. “Kita akan lanjutkan program seperti ini di lahan-lahan lain milik Bulog. Harapannya, semua aset bisa kita maksimalkan agar memberi kontribusi nyata bagi perusahaan,” katanya.

Dalam budidaya di lahan Kepuh, Bulog menggandeng Balai Besar Padi (Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian) untuk penyediaan benih unggul, serta bekerja sama dengan Pupuk Indonesia dalam pemupukan menggunakan drone. Penerapan teknologi ini terbukti meningkatkan efisiensi dan hasil produksi secara signifikan.

Prihasto menuturkan, pada musim tanam pertama hasil panen hanya berkisar 4,3–4,4 ton per hektare. Setelah penerapan teknologi modern dan penggunaan benih unggul, hasilnya meningkat menjadi 7,2 ton per hektare. Peningkatan tersebut menjadi bukti keberhasilan pendekatan budidaya berbasis inovasi dan efisiensi.

“Kami ingin memastikan aset Bulog tidak hanya produktif, tapi juga menjadi contoh praktik pertanian yang efisien dan berkelanjutan,” tutur Direktur Pengadaan Bulog itu.

Bulog kini menyiapkan strategi lanjutan untuk mengintegrasikan hasil panen ke fasilitas Sentra Penggilingan Padi (SPP) milik perusahaan di Karawang sebelum diolah menjadi beras premium dengan skema komersial. Panen di Kepuh menandai langkah nyata Bulog dalam memperkuat posisi sebagai offtaker sekaligus pelaku budidaya modern.

Melalui pengelolaan aset secara optimal dan penerapan teknologi ramah lingkungan, Bulog menargetkan seluruh lahan miliknya dapat memberikan kontribusi langsung terhadap stabilitas pasokan pangan nasional.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |