Bobibos Disebut Bisa Jadi BBM Alternatif, Praktisi Migas Sarankan Segera Koordinasi dengan ESDM

2 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Praktisi migas, Hadi Ismoyo menilai, peluncuran bahan bakar Bobibos sebagai langkah positif dalam upaya pengembangan energi alternatif nasional. Namun, ia mengingatkan, inovasi tersebut perlu dikaji secara komprehensif dan dikawal dengan penelitian ilmiah sebelum dipasarkan secara luas.

Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) periode 2016–2022 itu menekankan pentingnya uji teknis dan transparansi hasil riset agar produk benar-benar aman digunakan. Menurut Hadi, dari keterangan pengembang yang disampaikan melalui media, Bobibos disebut berasal dari tanaman yang mudah tumbuh di tegalan dan sawah. Warna putih digunakan untuk bensin, sedangkan merah untuk diesel. Berdasarkan karakteristik tersebut, ia menilai produk ini mirip dengan bioetanol berbahan dasar singkong atau tanaman sejenis, sedangkan untuk diesel berasal dari keluarga kelapa sawit.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Pengembang Bobibos juga mengklaim produknya telah lolos uji Lemigas dengan capaian Research Octane Number (RON) 98. Namun, informasi mengenai kandungan zat lain di dalam bahan bakar itu belum dijabarkan secara detail. Di sisi lain, klaim harga yang disebut lebih murah dari bahan bakar umum perlu diklarifikasi, sebab dari pernyataan pemilik, harganya justru bisa sama atau bahkan lebih tinggi dari Rp 13 ribu per liter.

“Inovasi ini patut disambut baik, tapi jangan tergesa langsung dilepas ke pasar. Perlu penelitian lanjutan terhadap berbagai jenis kendaraan dalam periode tertentu, dan hasilnya dipublikasikan terbuka di forum ilmiah dalam maupun luar negeri,” kata Hadi kepada Republika.co.id, Rabu (5/11/2025).

Ia menambahkan, pendekatan riset terbuka akan memperkuat kepercayaan publik serta memberi kepastian bagi industri otomotif dan migas. Langkah itu juga akan meminimalkan potensi risiko penggunaan bahan bakar baru terhadap performa kendaraan.

“Jika diperlukan bisa kerja sama dengan Pertamina dan pusat-pusat penelitian hilir migas milik negara seperti BRIN. Tentu dengan perlindungan dan pendampingan hukum agar paten produk dilindungi,” kata Hadi.

Dewan Penasihat IATMI periode 2025–2028 ini menekankan pentingnya keterlibatan pemerintah dalam tahap lanjutan pengembangan produk. Menurutnya, koordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjadi kunci agar riset dan uji coba bisa berlanjut ke skala industri dengan standar internasional yang terukur.

“Segera berkoordinasi dengan Kementerian ESDM untuk penelitian dan pilot project lanjutan agar bisa menuju pengembangan skala industri yang memenuhi standar global,” ucap Hadi menegaskan.

Ia mengingatkan, dua pekerjaan rumah utama masih menanti, yakni pembuktian efisiensi harga dan ketahanan mesin. Kinerja Bobibos dengan klaim RON 98 perlu diuji apakah benar lebih ekonomis dibanding Pertamax, sekaligus memastikan tidak menimbulkan efek jangka panjang terhadap mesin kendaraan.

Hadi menilai, hasil penelitian lanjutan nanti akan menjawab banyak pertanyaan publik. Ia menegaskan, inovasi energi lokal seperti Bobibos bisa menjadi kebanggaan nasional jika dikembangkan melalui pendekatan ilmiah, transparan, dan sesuai dengan regulasi migas yang berlaku.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |