REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah Anda masih bingung membedakan antara kecemasan normal dan gangguan kecemasan? Dokter spesialis kedokteran jiwa dari RS Pondok Indah–Pondok Indah, dr Zulvia Oktanida Syarif, Sp. K.J., mengatakan gangguan kecemasan atau anxiety disorder merupakan salah satu kondisi terkait kesehatan mental yang paling sering terjadi.
Meski demikian, sangat disayangkan bahwa hanya sedikit penderita yang mendapatkan pengobatan yang sesuai, padahal kondisi ini sangat mungkin diatasi dengan penanganan yang tepat.
Apa itu anxiety disorder dan dampaknya?
Gangguan kecemasan didefinisikan sebagai kondisi mental di mana seseorang mengalami kecemasan yang berlebihan, berlarut-larut, dan sulit dikendalikan. Rasa takut atau cemas ini mencapai titik di mana ia mulai mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup.
Sebagai salah satu gangguan jiwa yang umum, anxiety disorder dialami oleh hampir sebagian besar orang pada suatu waktu dalam hidupnya. Sayangnya, banyak penderitanya tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi ini, yang dapat menyebabkan komplikasi serius. "Padahal anxiety disorder bisa saja menyebabkan komplikasi berupa depresi, menurunkan kualitas hidup orang yang mengalaminya, hingga meningkatkan risiko bunuh diri," kata dr Zulvia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada Kamis (9/10/2025).
Mengenali gejala dan ragam jenis kecemasan
Anda perlu waspada jika kecemasan yang terjadi terasa sangat mengganggu atau makin berat seiring berjalannya waktu, karena ini bisa menjadi gejala awal gangguan kecemasan. "Gejala khas dari anxiety disorder adalah perasaan khawatir atau cemas yang berlebihan," kata dia.
Gejala ini sering disertai manifestasi fisik yang kerap disalahartikan, seperti jantung berdebar kencang (terkadang disertai nyeri dada yang sering disalah artikan sebagai serangan jantung), tubuh gemetar, berkeringat dingin, napas cepat atau sesak, mual, hingga kesulitan berkonsentrasi. Jika gejala-gejala ini dialami selama minimal enam bulan, kemungkinan besar seseorang telah memenuhi kriteria anxiety disorder.
Penderita sering kali menghindari situasi yang memicu kecemasan sebagai mekanisme pertahanan diri. "Akibatnya, penderita anxiety disorder tidak dapat menunjukkan potensinya dengan maksimal, atau tidak dapat beraktivitas maupun menjalin hubungan sosial dengan sesamanya," ujar dr Zulvia.
Ada beberapa jenis utama gangguan kecemasan, antara lain gangguan cemas menyeluruh (GAD) yang ditandai rasa khawatir berlebih yang menetap selama minimal enam bulan, gangguan panik yang berupa serangan ketakutan hebat dan mendadak tanpa alasan jelas. Selain itu, ada agorafobia yaitu ketakutan berlebih terhadap situasi yang memicu serangan panik, fobia spesifik yang memiliki pemicu tidak rasional (misalnya takut ketinggian atau darah), dan gangguan kecemasan sosial di mana seseorang takut dinilai dan diawasi oleh orang lain.
Penyebab, faktor risiko, dan pentingnya support system
Dia mengatakan penyebab pasti anxiety disorder belum diketahui secara pasti, namun dipercaya merupakan kombinasi dari faktor genetik, perubahan senyawa kimia di otak, dan faktor lingkungan yang dipicu oleh kejadian traumatis. Perubahan keseimbangan senyawa di otak, yang bisa saja terjadi akibat akumulasi stres yang tidak ditangani dengan tepat, akan menyebabkan pengaturan rasa takut dan emosi terganggu.
Faktor risiko lain termasuk pengalaman negatif yang menyebabkan stres atau trauma psikologis, bahkan sekadar menyaksikan demonstrasi yang menyebabkan adanya korban, hingga memiliki kepribadian pemalu atau mengalami penyakit tertentu seperti gangguan tiroid. Menariknya, wanita diketahui lebih banyak mengalami anxiety disorder, yang diduga karena faktor hormon dan kesenjangan gender di beberapa budaya yang membuat wanita lebih sulit mendapatkan pertolongan medis maksimal.
Penanganan anxiety disorder memerlukan intervensi ahli, dan tidak cukup hanya dilakukan secara mandiri. Penanganan yang dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) dapat berupa psikoterapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT), obat-obatan (golongan antiansietas atau antidepresan), maupun kombinasi keduanya. Namun, keberhasilan pengobatan juga sangat dipengaruhi oleh dukungan dari orang terdekat.
"Keberhasilan pengobatan juga sangat dipengaruhi oleh support system yang dimiliki penderita anxiety disorder," ujar dr Zulvia.
Untuk memaksimalkan penanganan dan mengurangi kecemasan, penderita dianjurkan untuk menyaring informasi di media sosial, curhat, olahraga rutin, tidur cukup, serta menghindari kafein dan alkohol. "Jika tidak diatasi dengan tepat, bahkan dibiarkan tanpa penanganan, anxiety disorder dapat menyebabkan komplikasi," ujar dr Zulvia.
Dia menyarankan masyarakat jangan pernah ragu untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis kedokteran jiwa. "Penanganan yang tepat akan membantu Anda maupun orang terdekat dalam mengatasi anxiety disorder," kata dia.