Transisi Energi Dorong Adopsi Teknologi Pemanas Ramah Lingkungan di Asia Tenggara

6 hours ago 1

Sensi Hydro Sanitary Water Heat Pump, sistem pemanas air berbasis pompa panas yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan efisiensi energi di kawasan tropis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Upaya transisi energi menuju sistem pemanas ramah lingkungan terus berkembang di kawasan Asia Tenggara. Seiring meningkatnya kebutuhan efisiensi energi dan target dekarbonisasi global, sejumlah teknologi pemanas berbasis listrik (electrified heating) kini mulai diterapkan di sektor komersial, termasuk perhotelan dan fasilitas publik.

Langkah ini mencerminkan komitmen kawasan terhadap pengurangan emisi karbon, sejalan dengan dorongan internasional untuk memperluas penggunaan energi bersih. Menurut laporan International Energy Agency (IEA), pemanfaatan teknologi pompa panas berpotensi menekan emisi karbon dioksida hingga 500 juta ton per tahun pada 2030.

Pertumbuhan pasar teknologi ini juga menunjukkan tren positif. Nilai pasar sistem pemanas air komersial berbasis pompa panas diproyeksikan mencapai 608,5 juta dolar AS dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 7,4 persen pada periode 2023–2032. Peningkatan tersebut didorong oleh semakin banyaknya pelaku industri dan pengelola gedung yang beralih ke teknologi hemat energi untuk mendukung target keberlanjutan mereka.

Presiden Copeland untuk Asia Pasifik, Michael Toh, menyebutkan bahwa kawasan Asia Tenggara memiliki peran penting dalam mendorong adopsi teknologi pemanas berkelanjutan. “Transisi menuju pemanas listrik berperforma tinggi menjadi bagian dari upaya dekarbonisasi yang lebih luas di kawasan ini,” ujarnya di Jakarta, Rabu (29/10/2025).

Ia menambahkan, inovasi dalam sistem pemanas modern tidak hanya berfokus pada efisiensi energi, tetapi juga pada keandalan pasokan air panas, keamanan operasional, serta dampaknya terhadap lingkungan. “Teknologi baru diharapkan dapat membantu sektor komersial menekan biaya operasional sekaligus mempercepat pencapaian target netral karbon,” kata Michael.

Peningkatan permintaan terhadap sistem pemanas hemat energi juga didukung oleh kebijakan pemerintah di sejumlah negara Asia Tenggara yang memperketat standar efisiensi energi dan memperluas insentif bagi investasi hijau. Transformasi ini dipandang sebagai langkah penting dalam memperkuat ketahanan energi, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta mempercepat peralihan menuju ekonomi rendah karbon.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |