Thom Yorke Radiohead Tegaskan tak akan Tampil di Israel

5 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vokalis band Radiohead, Thom Yorke, akhirnya menyatakan ia tidak akan tampil lagi di Israel. Keputusan ini diambil setelah hampir delapan tahun band legendaris asal Inggris tersebut menentang seruan aktivis pro-Palestina untuk membatalkan konser di Tel Aviv.

“Tentu saja tidak. Bahkan saya tidak ingin berada 5.000 mil dari rezim Netanyahu,” kata Yorke dalam wawancara dengan majalah Sunday Times, seperti dilansir dari The Guardian, Senin (27/10/2025). Wawancara tersebut dilakukan sebelum tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas bulan ini.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Radiohead akan memulai tur pertamanya bulan depan dengan 20 pertunjukan di lima kota Eropa. Sebelum jadwal resmi diumumkan, Palestinian Campaign for the Academic and Cultural Boycott of Israel telah menyerukan boikot terhadap tur tersebut, menyusul penampilan anggota band Jonny Greenwood di Tel Aviv pada 2024.

Tur dunia A Moon Shaped Pool (2016–2018) sempat menuai kontroversi ketika Radiohead tampil di Tel Aviv, meski ada seruan boikot dan kritik publik dari sejumlah tokoh budaya, termasuk sutradara Inggris Ken Loach. Saat itu, Yorke menegaskan tampil di suatu negara bukan berarti mendukung pemerintahnya.

“Kami telah tampil di Israel selama lebih dari 20 tahun melalui berbagai pemerintahan, ada yang lebih liberal, ada yang tidak. Sama seperti di Amerika. Kami tidak mendukung Trump, tapi kami tetap tampil di Amerika,” ujar Yorke kala itu.

Yorke sebelumnya juga mengkritik gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) pro-Palestina yang menurutnya bersifat merendahkan dan menyinggung. Namun dalam wawancara terbaru, ia menyiratkan penyesalan atas keputusan tampil di Tel Aviv pada 2017. Ia mengaku terkejut ketika seorang pejabat Israel datang ke hotel mereka untuk berterima kasih atas penampilan tersebut.

Kontroversi soal Israel telah membayangi Radiohead selama bertahun-tahun. Tahun lalu, Yorke sempat meninggalkan panggung saat tampil solo di Australia setelah seorang penggemar pro-Palestina berteriak, “Berapa banyak anak yang harus tewas agar Anda mengecam genosida di Gaza?”

Ia kemudian merilis pernyataan diamnya ia dalam isu tersebut tidak dapat diartikan sebagai bentuk keterlibatan. Yorke juga menilai pemerintahan Benjamin Netanyahu sebagai kelompok ekstremis yang harus dihentikan.

Sementara itu, gitaris Jonny Greenwood, yang menikah dengan seorang seniman asal Israel, terus mendapat kritik dari para pendukung boikot karena kolaborasinya dengan musisi Israel, Dudu Tassa. Pada 2024, Greenwood juga ikut berunjuk rasa di Israel menuntut pengunduran diri Netanyahu. Ia menegaskan dirinya banyak menghabiskan waktu di Israel bersama keluarga dan terbuka untuk bekerja sama dengan musisi Arab maupun Yahudi.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |