Korban Pelanggaran Gencatan Senjata Israel Melonjak, Lebih 60 Syahid

3 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Korban pengeboman dan penyerangan Israel di Jalur Gaza terus melonjak pada Rabu. Sementara pihak Israel mencoba berkelit bahwa serangan-serangan mematikan tersebut adalah pelanggaran gencatan senjata.

Aljazirah mengutip sumber di rumah sakit Gaza melaporkan bahwa 63 orang syahid dalam serangan baru Israel terhadap rumah dan tenda pengungsi di Gaza. Sumber tersebut menjelaskan, di antara korban tewas terdapat 24 anak-anak, dan puluhan lainnya luka-luka. Ini salah satu jumlah korban jiwa harian paling banyak akibat serangan Israel, bahkan termasuk di luar gencatan senjata.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Kapal perang dan tank Israel terus membombardir pantai dan pinggiran kota Rafah di Jalur Gaza selatan, sementara serangan udara kembali dilakukan di berbagai wilayah di Kota Gaza dan Khan Younis, yang merupakan pelanggaran baru terhadap perjanjian gencatan senjata. Rumah Sakit Baptist menerima dua orang syuhada yang gugur dalam serangan Israel di sebuah rumah di lingkungan Zeitoun, tenggara Kota Gaza. 

Kompleks Medis Nasser mengumumkan kematian seorang anak dalam pemboman yang menargetkan sebuah apartemen perumahan di lingkungan Al-Amal, barat laut Khan Younis. Tiga orang, termasuk seorang anak, tewas dalam serangan udara terhadap sebuah rumah di daerah Yarmouk di pusat Kota Gaza. 

Tim pertahanan sipil mengumumkan penemuan jenazah empat martir lagi dari bawah reruntuhan rumah keluarga Al-Banna di lingkungan Al-Sabra.

Saksi mata mengatakan bahwa tim penyelamat menghadapi kesulitan besar dalam menyelamatkan orang hilang akibat penembakan yang sedang berlangsung dan pesawat tempur Israel yang terbang di atas Jalur Gaza. Sebuah sumber di Rumah Sakit Al-Aqsa melaporkan bahwa beberapa orang terluka dalam serangan Israel di sebuah kamp pengungsi di Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah. 

Sementara itu, tentara Israel mengumumkan kematian seorang tentara cadangan akibat serangan terhadap pasukan militer di Rafah pada hari Selasa. Perlu dicatat bahwa pada tanggal 9 Oktober 2025, Hamas dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata sesuai dengan rencana Presiden AS Donald Trump dan dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Turki.

Tahap pertama perjanjian tersebut menetapkan pertukaran tahanan, gencatan senjata, dan mengizinkan aliran bantuan ke Jalur Gaza. Para mediator berharap bahwa perjanjian tersebut akan mengakhiri perang pemusnahan Israel di Gaza, yang telah mengakibatkan kematian lebih dari 67.000 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, selain pengungsian dan kelaparan penduduk serta buldoser dan pembongkaran rumah-rumah dan fasilitas sipil di berbagai wilayah di Jalur Gaza.

Namun Israel terus melanjutkan serangannya di Gaza, yang mengakibatkan kematian sedikitnya 150 orang yang mati syahid sejak perjanjian tersebut diumumkan.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |