REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hubungan yang ideal sering kali dibayangkan sebagai kebersamaan yang total, mulai dari twinning pyjamas, foto profil media sosial yang seragam, hingga berbagi playlist musik. Ritual-ritual kecil ini memang menciptakan nuansa romansa klasik dan memupuk keintiman.
Namun, ada satu pertanyaan krusial yaitu bagaimana kita tahu kapan koneksi yang terasa manis ini berubah menjadi sesuatu yang menyesakkan atau klaustrofobik? Mengejar couple goals dengan melakukan segala sesuatu bersama, terkadang justru mengikis identitas diri, mengubah kebersamaan menjadi tuntutan yang memudarkan individualitas seseorang.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Di sinilah batasan pribadi memainkan peran vital sebagai garis yang tidak boleh dilanggar, bahkan dalam hubungan yang paling intim sekalipun. Batasan adalah fondasi dari hubungan yang sehat, dan ketiadaan batasan bisa membuat kompromi menjadi berlebihan.
Sering kali, salah satu pasangan tanpa sadar mengesampingkan selera dan keinginannya sendiri demi menyenangkan pihak lain, misalnya, selalu menganggukkan kepala untuk film pilihan pasangan, meskipun hati kecil menginginkan yang lain. Perilaku kompromi kecil yang terus menumpuk ini, jika dibiarkan, akan menjadi jurang pemisah, yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi invasi ekstrem terhadap ruang privasi, seperti menuntut kata sandi atau memaksakan gaya berpakaian.
Menariknya, kesulitan utama dalam menerapkan batasan adalah rasa bersalah yang sering muncul. Mengapa kita merasa bersalah saat ingin mengatakan "tidak"?
Psikolog utama di Coto, dr Mona Gujral, menjelaskan pola pikir di balik perilaku ini. “Menetapkan batasan sering memicu rasa bersalah, terutama ketika kita dikondisikan untuk percaya bahwa cinta sama dengan pengorbanan. Mengatakan ‘tidak’ membawa rasa bersalah dan ketakutan dicap tidak peduli,” ujarnya dikutip dari laman Hindustan Times pada Selasa (4/11/2025).
Namun, dr Gujral segera meyakinkan bahwa perspektif tersebut keliru. “Tetapi cinta sejati bukanlah tentang menyenangkan orang lain dengan mengorbankan diri sendiri; itu dibangun di atas kejujuran, keseimbangan, dan rasa saling menghormati,” kata dia.
Kejujuran mengenai kebutuhan pribadi adalah kunci, karena cinta yang sehat tidak boleh menuntut pengorbanan diri yang ekstrem. Dia menekankan mengapa batasan sangat penting dalam sebuah hubungan.
“Batasan adalah batas emosional, fisik, dan mental yang melindungi kesejahteraan Anda,” kata dia.
.png)
3 hours ago
4












































