Belajar Menyelamatkan Nyawa, Tapi Siapa yang Menyelamatkan Dokter Muda?

12 hours ago 1

Image Muhammad Farid Najah

Hospitality | 2025-10-24 19:16:16

Di balik senyum ramah dan jas putih yang tampak gagah, banyak dokter muda sebenarnya sedang berjuang melawan kelelahan fisik, tekanan mental, dan sistem kerja yang belum sepenuhnya berpihak pada kesejahteraan mereka. Ironisnya, mereka belajar menyelamatkan nyawa orang lain, sementara kesehatan diri sendiri kerap terabaikan.

Dokter Muda. Sumber:Unsplash.com

Menjadi dokter muda sering kali berarti hidup dalam tekanan yang terus menerus. Jam kerja yang panjang, kurang tidur, dan tuntutan untuk selalu siap di ruang gawat darurat membuat tubuh dan pikiran mereka terus dipacu tanpa jeda. Banyak di antara mereka yang harus menahan lapar, menunda istirahat ketika dihadapkan pada keputusan medis yang menentukan hidup seseorang. Di balik semangat pengabdian itu, tersimpan kelelahan mendalam yang jarang terlihat.

Realitas ini seakan menjadi rahasia umum di dunia kedokteran. Seorang dokter muda bisa bekerja belasan jam sehari tanpa keluhan, karena budaya “tahan banting” seolah menjadi ukuran profesionalisme. Mereka dididik untuk kuat, tetapi tidak selalu diajarkan bagaimana menjaga diri dari tekanan psikis yang datang tanpa henti. Tak jarang, kelelahan itu berubah menjadi stres berkepanjangan, kecemasan, bahkan depresi yang sulit diakui karena dianggap tabu di lingkungan medis.

Lebih jauh lagi, sistem yang seharusnya melindungi mereka pun belum berfungsi optimal. Dokter muda sering berada dalam posisi rawan secara hukum dan psikologis. Kesalahan kecil bisa berujung tuntutan, sementara dukungan mental dan perlindungan hukum masih terbatas. Padahal, menurut ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, peserta didik tenaga medis berhak memperoleh bantuan hukum, jaminan kesehatan, serta perlindungan dari kekerasan fisik maupun mental. Sayangnya, hak-hak tersebut sering kali berhenti di atas kertas, belum benar-benar menjadi budaya perlindungan di lapangan.

Kita lupa bahwa di balik setiap tindakan medis, ada manusia yang juga butuh ruang bernapas. Dokter muda bukanlah mesin penyelamat yang kebal terhadap tekanan. Mereka adalah individu yang sedang belajar, yang bisa salah, lelah, dan terluka. Memberikan perlindungan yang layak bukanlah bentuk kelemahan, tetapi wujud penghargaan terhadap profesi yang menanggung beban hidup dan mati orang lain setiap hari.

Kini saatnya kita berhenti memuja ketangguhan tanpa empati. Kesehatan dokter muda adalah bagian dari kesehatan sistem medis kita sendiri. Karena bagaimana mungkin mereka mampu menjaga kehidupan orang lain, jika mereka sendiri tidak dijaga oleh sistem yang seharusnya melindungi?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |