Tiga Pekerjaan Kaum Muhajirin

4 hours ago 2

Umat Islam memberi makan burung merpati dengan latar belakang Masjid Quba di Madinah, Arab Saudi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 622, para pemuka musyrikin Quraisy mulai berkomplot untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Malam itu menjadi awal dari hijrahnya Rasulullah SAW ke Yastrib, kota yang berjarak sekitar 320 kilometer utara Makkah. Setelah melalui berbagai rintangan, akhirnya Nabi SAW dan Abu Bakar berhasil mencapai Yastrib. Sejak saat itu, kota tersebut berubah namanya menjadi Madinat an-Nabiy al-Munawarah atau Madinah. Sebelum beliau tiba, kaum Muslimin Makkah sudah berangsur-angsur hijrah ke sana atas instruksi Nabi SAW.

Dalam memimpin Madinah, Rasul SAW mempersaudarakan antara penduduk tempatan (kaum Anshar) dan pendatang (Muhajirin). Selain itu, beliau juga membuat perjanjian dan kerja sama dengan kaum Yahudi. Dengan begitu, tiap unsur akan bahu-membahu dalam menjaga situasi damai.

Bagi kaum Muhajirin, inilah fase baru dalam kehidupan mereka. Berikut adalah tiga profesi umumnya mereka sesudah meninggalkan Makkah dan menetap di Kota Nabi.

Berdagang

Kota Makkah tumbuh lantaran geliat perniagaan. Orang-orang Arab setempat amat piawai dalam berdagang. Bahkan, kepandaian itu diabadikan dalam pepatah, “Dengan perdagangannya itu, orang Makkah dapat mengubah pasir menjadi emas.”

Orang Muhajirin meninggalkan banyak harta benda mereka di Makkah. Alhasil, di Madinah mereka harus memulai dari modal sedikit atau nol sama sekali. Di antara cerita kesuksesan dialami sahabat Nabi SAW, Abdurrahman bin Auf. Kepada saudaranya dari kalangan Anshar, Sa’d bin ar-Rabi’, ia hanya minta ditunjukkan jalan ke pasar—alih-alih meminta pinjaman modal.

Awalnya, Ibnu Auf menjual mentega dan keju. Lama-kelamaan, ia berhasil membangun lagi kafilah dagang sampai rute Damaskus. Tak butuh waktu lama, ia kembali kaya-raya seperti di Makkah dahulu. Bahkan, ia bisa memberikan mas kawin kepada seorang perempuan Madinah.

Bertani

Yastrib alias Madinah dikenal lantaran tanahnya yang subur. Perkebunan kurma amat mudah dijumpai di sana. Orang-orang Anshar amat bersuka-cita dalam memperkenalkan saudara-saudara Muhajirin mereka untuk turut bertani. Di antara para sahabat Nabi SAW yang ikut terjun dalam dunia pertanian ialah Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka ternyata cukup sukses sebagai pemilik dan pengolah kebun-kebun kurma. Mereka bahkan dapat banyak bersedekah dari hasil kebunnya masing-masing demi kelancaran jihad fii sabilillah.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |