REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arfhan Prasetyo, Kaprodi Informatika Universitas Nusa Mandiri (UNM)
Menjadi sarjana di era modern sering kali dianggap sebagai simbol keberhasilan sosial. Namun, apakah makna seorang sarjana berhenti pada selembar ijazah dan toga wisuda?
Bagi saya, jawabannya jelas: tidak. Gelar akademik hanyalah pintu awal menuju tanggung jawab yang jauh lebih besar, tanggung jawab untuk terus belajar, beradaptasi, dan memberi manfaat bagi masyarakat.
Di Universitas Nusa Mandiri (UNM) yang dikenal sebagai Kampus Digital Bisnis, kami menanamkan pandangan bahwa sarjana sejati bukan hanya mereka yang sukses secara profesional, tetapi juga mereka yang mampu menghadirkan nilai kemanusiaan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di tengah percepatan transformasi digital, bangsa ini membutuhkan lebih dari sekadar tenaga kerja kita membutuhkan insan pembelajar yang mampu menjadi solusi atas persoalan masyarakat.
Sarjana masa kini hidup di tengah realitas yang kompleks. Dunia industri berubah begitu cepat, sementara sistem pendidikan masih terus beradaptasi mengejar ketertinggalan.
Dalam konteks ini, lulusan Informatika S1 UNM dituntut memiliki lebih dari sekadar kemampuan teknis. Mereka harus adaptif, komunikatif, dan kreatif dalam menghadapi perubahan zaman. Kecerdasan digital memang penting, tetapi tanpa etika, empati sosial, dan kemampuan kolaborasi, kecerdasan itu akan kehilangan makna.
Itulah sebabnya, di Program Studi Informatika UNM, kami tidak hanya mendidik mahasiswa untuk menjadi ahli teknologi, tetapi juga pejuang kemanusiaan berbasis digital. Melalui berbagai program pengabdian masyarakat, mahasiswa kami belajar mengembangkan inovasi sosial dari mendampingi pelaku UMKM agar melek teknologi, hingga berbagi pengetahuan digital di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Saya sering mengatakan kepada mahasiswa, “Ilmu yang tidak memberi manfaat bagi orang lain hanyalah kebanggaan kosong.” Sebab, sejatinya teknologi yang kita kuasai bukan untuk meninggikan diri, tetapi untuk menolong kehidupan. Inovasi terbaik adalah yang memecahkan persoalan nyata dan memberdayakan masyarakat.
Kini, saat dunia digital kian mendominasi kehidupan, redefinisi makna sarjana menjadi mendesak. Sarjana bukanlah akhir dari perjalanan pendidikan, tetapi awal dari tanggung jawab sosial. Sarjana sejati bukan sekadar cerdas secara intelektual, melainkan berkarakter kuat, rendah hati, dan siap mengabdi melalui kompetensi yang dimiliki.
Sebagai Kampus Digital Bisnis, Universitas Nusa Mandiri berkomitmen melahirkan lulusan yang tidak hanya siap menghadapi disrupsi digital, tetapi juga mampu menjadi jembatan antara teknologi dan kemanusiaan. Di tengah derasnya arus perubahan, bangsa ini membutuhkan sarjana yang tidak kehilangan arah mereka yang tetap berpijak pada nilai kemanusiaan sambil menatap masa depan dengan inovasi.
Sarjana sejati adalah mereka yang tidak berhenti belajar, tidak takut berubah, dan tidak lelah memberi manfaat. Di Kampus Digital Bisnis UNM, semangat itu terus kami nyalakan.