Oleh: Rahma Sugihartati, Guru Besar Sains Informasi FISIP Universitas Airlangga
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehadiran kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) menimbulkan sejumlah dilema. Meski dalam berbagai kasus kehidupan manusia sehari-hari cenderung dimudahkan berkat kehadiran AI, tetapi di saat yang sama kehadiran AI ternyata menimbulkan dampak serius terhadap hakekat dan kerja manusia. Di perusahaan-perusahaan besar, peran manusia ada indikasi makin terkurangi karena digantikan oleh AI. Sejumlah profesi disebut bakal hilang dan sepenuhnya tergantikan oleh AI.
Amazon, misalnya dilaporkan akan memangkas puluhan ribu karyawan kantor. Pemangkasan itu sebagai bagian dari langkah efisiensi biaya dan pergeseran fokus menuju pengembangan AI. Menurut laporan media massa Amerika Serikat, termasuk The Wall Street Journal dan The New York Times, sekitar 30.000 posisi disinyalir akan dihapus di akhir bulan Oktober 2025 ini. Pemangkasan ini mencakup hampir 10% dari total sekitar 350.000 karyawan kantor Amazon di seluruh dunia.
Meski pun langkah pemangkasan tidak akan berdampak pada tenaga kerja di sektor distribusi dan gudang, yang merupakan bagian terbesar dari lebih dari 1,5 juta karyawan global Amazon. Tetapi, rencana PHK besar-besaran yang dilakukan Amazon ini menandai langkah strategi perusahaan besar dalam upaya menekan biaya operasional.
Bagi perusahaan besar, mengganti tenaga kerja manusia dengan AI bukan sekadar langkah penghematan, tetapi juga mempertimbangkan kelangsungan dan keamanan perusahaan karena dengan memilih AI, maka upaya melakukan kontrol terhadap kerja perusahaan akan lebih terjamin. Ini berbeda dengan manuaia yang memiliki hasrat, ideologi dan perilaku yang seringkali resisten dengan kebijakan perusahaan.
Dampak Negatif
Keputusan Amazon melakukan PHK besar-besaran karena ingin fokus pada pemanfaatan AI sebetulnya bukan hal yang mengejutkan. Langkah serupa sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa raksasa teknologi lain seperti Google, Meta, dan Microsoft, yang mengalihkan sumber daya mereka ke pengembangan kecerdasan buatan dan otomatisasi proses kerja.
Banyak perusahaan memilih fokus pada pengembangan AI, karena hal itu merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan daya saing di tengah perubahan cepat dalam industri teknologi dan e-commerce global. Bagi perusahaan, diakui atau tidak kehadiran AI telah mengubah pola kerja dan hubungan industrial dengan para pekerja. Kehadiran AI bukan saja mengotomatiskan tugas rutin, meningkatkan produktivitas dan efisiensi, tetapi juga menciptakan pekerjaan baru. AI juga terbukti menghasilkan berbagai kelebihan dan keuntungan bagi perusahaan.
Kehadiran AI memang mampu mengambil alih pekerjaan berulang yang biasanya dilakukan para pekerja di level menengah ke bawah, dan di saat yang sama memungkinkan pekerja fokus pada tugas yang lebih penting. Berkat AI, produktivitas perusahaan harus diakui meningkat. AI membantu para pekerja menyelesaikan tugas lebih cepat dan efisien, serta mengurangi berbagai kesalahan. Bagi perusahaan, AI juga membantu analisis data dan prediksi, sehingga membantu pimpinan perusahaan dalam pengambilan keputusan berbasis data. Namun demikian, di baik berbagai kelebihan yang ditawarkan, kehadiran AI di berbagai perusahaan sesungguhnya juga mengancam kelangsungan kerja manusia.
Pertama, pengalaman di sejumlah perusahaan, kehadiran AI menyebabkan terjadinya penggantian tenaga kerja (Job displacement). Otomatisasi yang ditawarkan AI dapat menggantikan pekerjaan manual dan klerikal, yang ujung-ujungnya akan menyebabkan terjadinya PHK. Laporan Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) memiliki potensi memperlebar ketimpangan sosial dan mengakibatkan 40 persen pekerjaan hilang. Bukan tidak mungkin kehadiran AI akan menyebabkan terjadia angka pengangguran dan menganggu stabilitas ekonomi.
Kedua, berkaitan dengan persoalan kesenjangan sosial yang terjadi bukan sekadar karena digital devide (kesenjangan digital), tetapi juga karena kesenjangan ekonomi dan akses pada informasi. Pengalaman selama ini memperlihatkan bahwa AI dapat memperburuk kesenjangan sosial ketika masyarakat tidak secara merata mempu mengakses informasi dan kelebihan AI. Perusahaan besar dengan dukungan sumber daya yang mapan, tentu akan lebih berpeluang memanfaatkan AI untuk mendominasi pasar. Sementara itu, untuk usaha kecil dan menengah niscaya akan tertinggal, dan bahkan tersingkir karena tidak mampu memanfaatkan AI.
Ketiga, berkaitan dengan masalah privasi dan keamanan data masyarakat. Ketika penggunaan AI tidak diatur dengan baik, maka salah satu resikonya AI akan dapat mengancam privasi dan keamanan data pribadi. Penggunaan data individu atau data pribadi akan oleh AI mungkin saja beresiko akan disalahgunakan untuk tujuan kejahatan maupun tujuan yang sekadar tidak etis –sehingga akan kerugikan masyarakat.
Di kalangan masyarakat yang belum memiliki literasi kritis dan literasi digital, besar kemungkinan mereka akan menjadi korban perkembangan AI. Ketergantungan yang terlalu besar pada teknologi AI dapat mengurangi kemampuan manusia di area tertentu. Tetapi, di balik itu, ketergantungan masyarakat akan AI bukan tidak mungkin menyebabkan efek bumerang bila tidak dikelola dan diantisipasi dengan baik.
Peran Pemerintah
Kehadiran AI adalah sebuah keniscayaan, dan karena itu tidak mungkin dihindari –apalagi ditolak. Untuk memastikan agar AI tidak kontraproduktif, karena itu pemanfaatan AI seyogianya tidak hanya memikirkan untuk kepentingan otomatisasi dan efisiensi saja, tetapi yang terpenting adalah bagaimana membangun kolaborasi antara manusia dan AI yang benar-benar tepat.
Meski untuk pekerjaan manual yang berulang, perusahaan akan membutuhkan peran AI. Namun, untuk kemampuan yang khas, seperti kreativitas, pemecahan masalah kompleks, dan empati yang dimiliki manusia bagaimana pun tetap tidak akan tergantikan AI. Saat ini dan ke depan, oleh sebab itu yang bisa dilakukan adalah bagaimana memadukannya AI dan kemampuan manusia secara integratif.
Bagi tenaga kerja dengan kualitas rendah, eksistensi mereka memang akan terancam dan tergantikan oleh AI. Seperti telah terjadi di berbagai perusahaan besar, kehadiran AI memang terbukti meningkatkan produktivitas secara keseluruhan. Namun demikian, di saat yang sama kehadiran AI harus diakui juga menyebabkan terjadinya peningkatan kesenjangan antara perusahaan besar dan kecil serta menengah. Pemanfaatan AI di sejumlah perusahaan juga meningkatkan kesulitan bagi pekerja dengan keterampilan rendah untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kondisinya.
Pemerintah harus memperhatikan tantangan pasar yang timbul akibat kehadiran AI. Pemerintah, dalam konteks ini perlu segera mengambil langkah-langkah untuk mengawasi serta mengatur penggunaannya. Posisi pemerintah perlu memastikan agar penggunaan kecerdasan buatan tidak menciptakan hambatan bagi pekerja yang memiliki keterampilan rendah dalam mencari pekerjaan. Penerapan AI perlu dipastikan sejalan dengan upaya menjaga keseimbangan antara produktivitas yang tinggi dengan perhatian terhadap kesejahteraan tenaga kerja serta kebijakan modal. Hanya dengan langkah yang bijak, maka dampak negataif kehadiran AI akan dapat dikurangi, bahkan dieliminasi.
.png)
3 hours ago
2














































