Jakarta -
Proses mencari kerja semakin terasa sulit. Meski sudah melamar berbagai lowongan, panggilan kerja tak kunjung datang. Hal ini seperti yang dialami sejumlah pengunjung Job Fair di Gedung Judo Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (17/6) kemarin.
Salah satunya ada Akni (30) yang sudah tujuh tahun lamanya menganggur. Meski telah kirim CV ke mana-mana dan ikut belasan job fair di sekitar Jakarta hingga nyaris putus asa, ia masih tetap berada di barisan pencari kerja.
Padahal sebelum lama menganggur, ia sempat bekerja sebagai telemarketing di salah satu bank. Setelah itu dirinya berkesempatan untuk bekerja di salah satu perusahaan penyedia layanan ojek online.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun di perusahaan itu, kontrak kerja yang diterima Akni hanya ditujukan untuk menyelesaikan salah satu proyek selama enam bulan saja. Itu pun merupakan proyek yang ia dapat saat bergabung dengan salah satu perusahaan outsourcing.
"Dulu kan saya sempat bekerja, tapi melalui outsourcing dan itu pun hanya untuk proyek 6 bulan. Waktu itu saya di bagian data entry, tapi lebih di yang bagian data base-nya," ucap lulusan sistem informatika itu kepada detikcom di Job Fair Kelapa Gading, Selasa (17/6/2025).
Setelah itu, ia belum mendapatkan proyek atau pekerjaan lain lagi. Alhasil selama 7 tahun terakhir Akni masih harus bergantung pada orang tuanya untuk kebutuhan sehari-hari.
"Hanya bantu orang tua saja, usaha kredit barang kecil-kecilan di rumah," kata Akni.
Kemudian ada juga Rizki dan Angga (22) yang ikut merasakan pahitnya mencari kerja sekarang ini, namun masih mencoba peruntungan di Job Fair Kelapa Gading. Keduanya datang mengadu nasib di sela aktivitas mereka sebagai pengemudi ojek dan kurir online.
Keduanya mengaku datang untuk menebar CV tanpa pilih-pilih perusahaan. Selama bisa diterima bekerja, mereka sudah sangat bersyukur. Terlebih mengingat dua sahabat ini sudah cukup lama menganggur dan hanya bisa narik ojol untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Sebelumnya sudah pernah kerja di Alfamart dua tahun, jadi crew store atau penjaga toko lah. Tapi sudah habis kontrak, baru Januari kemarin. Sekarang paling ngojek doang lewat aplikasi," kata Rizki.
"Kalau saya dulu kerja di kawasan Pulo Gadung, di pabrik jadi operator produksi sih. Sudah putus kontrak dari tahun kemarin bulan Mei. Sekarang sih saya antar barang, lewat aplikasi juga. Kalau dia (Rizki) antar orang atau makanan, kalau saya barang," sambut Angga menjelaskan.
Meski bukan pekerjaan tetap, aktivitas narik ojek dan kurir online ini membuat mereka bisa tetap produktif sembari menunggu kesempatan kerja yang lebih baik. Sebab sembari narik ojek atau antar barang, keduanya terus kirim lamaran khususnya di lowongan-lowongan kerja online.
Sayang keduanya hingga kini belum dapat kesempatan yang lebih baik. Minimal bisa mendapatkan kerja kontrak dengan gaji bulanan tetap. Dengan begitu keduanya tak perlu lagi mengandalkan kerja harian yang tidak tentu pendapatannya.
"(Jadi ojol) kadang sehari Rp 100 ribu, kadang sehari Rp 150 ribu. Belum buat biaya service motornya, makannya, sama bensinnya," jelas Rizki.
"(Pendapatan kurir online) tergantung juga sih. Kalau lagi seret mah, ya Rp 50 ribu mah ada lah. Tapi kalau lagi enaknya mah bisa Rp 150 ribu lebih lah, atau bisa sampai Rp 200 ribu," terang Angga.
(igo/fdl)