REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selebritas Kim Kardashian mengaku didiagnosis aneurisma otak yang disebabkan oleh stres. Hal ini diungkap oleh Kim dalam cuplikan tayangan musim terbaru serial "The Kardashians" yang ditayangkan di platform Hulu. Lantas apa itu aneurisma otak?
Dilansir Cleveland Clinic, Jumat (24/10/2025), aneurisma otak merupakan kondisi di mana terjadi pelebaran atau tonjolan pada dinding pembuluh darah di otak. Tekanan darah yang terus mengalir dapat membuat area itu menonjol ke luar membentuk gelembung seperti balon yang bisa pecah sewaktu-waktu.
Ketika aneurisma pecah, darah mengalir ke jaringan otak dan menyebabkan perdarahan serius yang dikenal sebagai perdarahan subaraknoid. Kondisi ini termasuk darurat medis yang mengancam jiwa dan membutuhkan penanganan segera. Setiap detik sangat berarti, karena semakin lama penanganan tertunda, risiko kematian atau cacat permanen semakin besar.
Siapa yang paling berisiko?
Aneurisma otak dapat menyerang siapa saja, namun paling sering terjadi pada kelompok usia 30 hingga 60 tahun, dan lebih banyak ditemukan pada perempuan. Di Amerika Serikat, diperkirakan hingga 6 persen populasi memiliki aneurisma yang belum pecah (unruptured aneurysm). Meski demikian, kasus aneurisma yang pecah jauh lebih jarang, terjadi pada sekitar 30 ribu orang per tahun.
Gejala
Gejala aneurisma otak berbeda tergantung apakah pembuluh darah tersebut sudah pecah atau belum. Jika aneurisma pecah, gejalanya muncul mendadak dan parah, meliputi sakit kepala hebat tiba-tiba, musl dan muntah, leher kaku, penglihatan ganda atau kabur, sensitivitas terhadap cahaya, kejang, kelopak mata terkulai dan pupil melebar, nyeri di atas atau di belakang mata, serta kehilangan kesadaran.
Sementara aneurisma yang belum pecah biasanya tidak menimbulkan gejala. Namun jika ukurannya membesar dan menekan saraf atau jaringan otak di sekitarnya, dapat menimbulkan gejala seperti sakit kepala berulang, gangguan penglihatan, pupil membesar, mati rasa atau kesemutan di wajah atau kepala, serta kejang.
Penyebab dan faktor risiko
Beberapa orang terlahir dengan kelainan pada dinding arteri yang membuatnya lebih rentan aneurisma. Selain faktor bawaan, sejumlah kondisi medis dapat meningkatkan risiko, seperti:
-Penyakit keturunan misalnya sindrom Ehlers-Danlos vaskular, penyakit ginjal polikistik dominan autosomal, sindrom Marfan, displasia fibromuskular, serta malformasi arteri-vena.
-Riwayat keluarga. Ketika seseorang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan aneurisma otak meningkatkan risiko secara signifikan.
-Gaya hidup seperti merokok, tekanan darah tinggi, penggunaan narkoba (terutama kokain), konsumsi alkohol berlebihan, dan tekanan mental atau stres. Tekanan darah tinggi juga menjadi penyebab paling umum aneurisma pecah. Peningkatan tekanan darah secara mendadak akibat stres, marah, mengangkat beban berat, atau hipertensi yang tidak terkontrol, dapat memicu pecahnya pembuluh darah yang sudah lemah.
Penanganan
Meski terdengar menakutkan, sebagian besar aneurisma otak tidak pecah sepanjang hidup penderitanya. Pemeriksaan rutin dan pengendalian faktor risiko seperti berhenti merokok, menjaga tekanan darah, dan gaya hidup sehat dapat menurunkan kemungkinan terjadinya komplikasi. Adapun pada aneurisma otak yang bocor atau pecah memerlukan operasi darurat.
.png)
4 hours ago
2














































