Rohman Andhika Nur Febriansyah
Sejarah | 2025-11-01 22:29:21
Kisah Pahlawan yang Mengguncang Jawa di Era Perang Diponegoro
Madiun tidak hanya dikenal sebagai kota industri atau penghasil brem atau kota pecel. Jauh sebelum itu, tanah ini melahirkan sosok yang namanya membuat gemetar pasukan Belanda: Raden Rangga Prawirodirjo III. Panglima perang yang dijuluki "Harimau dari Madiun" ini menjadi salah satu pilar penting dalam Perang Diponegoro (1825-1830).
Akar Keluarga dan Masa Muda
Rangga Prawirodirjo III lahir dari keluarga bangsawan Jawa yang memiliki pengaruh kuat di wilayah Madiun. Ayahnya, Raden Rangga Prawirodirjo II, adalah Bupati Madiun yang dikenal tegas dan disegani. Sejak kecil, ia tumbuh dalam lingkungan yang mengajarkan nilai-nilai kepemimpinan dan keberanian.
Namun, hidupnya berubah drastis ketika konflik antara Pangeran Diponegoro dan pemerintah kolonial Belanda pecah pada 1825. Saat itu, Rangga muda melihat bagaimana kebijakan Belanda yang semakin menindas rakyat dan menggerus wibawa para bangsawan Jawa. Keputusannya sudah bulat: bergabung dengan perjuangan Diponegoro.
Panglima Perang yang Disegani
Ketika Perang Diponegoro berkecamuk, Rangga Prawirodirjo III menjadi salah satu panglima andalan. Wilayah Madiun dan sekitarnya menjadi basis gerilya yang sangat efektif. Ia memimpin pasukan dengan strategi gerilya yang membuat tentara Belanda kewalahan. Hutan-hutan di sekitar Madiun menjadi medan tempur yang mengerikan bagi musuh.
Yang membuat Rangga istimewa adalah kemampuannya memobilisasi rakyat. Ia bukan hanya panglima yang berani di medan perang, tetapi juga pemimpin yang mampu menyatukan petani, pedagang, dan santri untuk melawan penjajah. Basis dukungan yang kuat ini membuat wilayah Madiun menjadi salah satu kantong perlawanan terkuat.
Strategi dan Keberanian
Rangga Prawirodirjo III dikenal dengan taktik serangan mendadak dan penarikan diri yang cepat. Ia memanfaatkan medan yang ia kuasai dengan sempurna. Belanda mencatat dalam berbagai laporan bahwa pasukan Rangga sangat sulit ditaklukkan karena dukungan rakyat yang solid dan pengetahuan medan yang luar biasa.
Julukan "Harimau dari Madiun" bukan sekadar metafora. Seperti harimau yang mengintai mangsanya, Rangga selalu tahu kapan harus menyerang dan kapan harus mundur. Keberaniannya di garis depan juga menginspirasi pasukannya untuk tidak pernah menyerah.
Warisan untuk Madiun
Peran Rangga Prawirodirjo III tidak hanya penting dalam konteks Perang Diponegoro, tetapi juga membentuk identitas Madiun sebagai kota yang memiliki semangat perlawanan. Meski Perang Diponegoro akhirnya berakhir dengan penangkapan Pangeran Diponegoro pada 1830, perjuangan Rangga menjadi bagian dari memori kolektif masyarakat Madiun.
Hingga kini, nama Rangga Prawirodirjo III tetap dikenang sebagai simbol keberanian dan patriotisme. Beberapa nama jalan dan tempat di Madiun diabadikan untuk menghormati jasanya. Cerita tentang "Harimau dari Madiun" terus diturunkan dari generasi ke generasi, mengingatkan bahwa tanah ini pernah melahirkan pahlawan sejati.
Refleksi
Di tengah derasnya arus modernisasi, kisah Rangga Prawirodirjo III mengingatkan kita bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari perjuangan panjang para pendahulu. Madiun bukan hanya kota transit atau pusat ekonomi, tetapi juga saksi bisu dari heroisme seorang panglima yang rela mengorbankan segalanya demi tanah airnya.
Rangga Prawirodirjo III mengajarkan bahwa kepemimpinan sejati bukan hanya tentang kekuatan, tetapi juga tentang kemampuan menginspirasi dan menyatukan rakyat dalam satu tujuan mulia: kemerdekaan.
Daftar Pustaka
- Carey, Peter. The Power of Prophecy: Prince Dipanagara and the End of an Old Order in Java, 1785-1855. Leiden: KITLV Press, 2007.
- Louw, P.J.F., dan E.S. de Klerck. De Java-Oorlog van 1825-1830. Batavia: Landsdrukkerij, 1894-1909.
- Prasetyo, Aji. Harimau dari Madiun (Komik). Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2015.
- Ricklefs, M.C. A History of Modern Indonesia Since c. 1200. Stanford: Stanford University Press, 2001.
- Sagimun MD. Pahlawan Diponegoro Berjuang. Jakarta: Mutiara, 1982.
- Soekanto, R. Kisah Perjuangan tentang Perang Diponegoro (1825-1830). Jakarta: Gramedia, 1985.
- Tim Penyusun. Ensiklopedi Pahlawan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998.
- Van den Doel, H.W. Het Rijk van Insulinde: Opkomst en Ondergang van een Nederlandse Kolonie. Amsterdam: Prometheus, 1996.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
.png)
15 hours ago
3















































