Harga Beras Medium dan Premium di Cimahi di Atas HET, Ini Biang Keroknya

5 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Satgas Pangan mengecek kondisi ketersediaan dan harga beras di Kota Cimahi, Jawa Barat pada Rabu (22/10/2025). Hasilnya, harga beras medium dan premium masih tinggi dan dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

Pengecekan dilakukan Dinas Perdagangan Koperasi UMKM dan Perindustrian, Dinas Pangan dan Pertanian, Polres Cimahi serta Bulog di Pasar Cimindi. Biang kerok tingginya harga beras itupun akhirnya terungkap.

"Ternyata kenaikan ini karena transportasi, karenakan suppliernya berbeda-beda, ada yang jauh katanya. Ada juga keterkaitan dengan gabahnya. jadi gabahnya ada yang masih basah karena kondisi cuaca tidak menentu sehingga pengiriman jadi terhambat," ujar Kepala Dinas Perdagangan Koperasi UMKM dan Perindustrian, Hella Haerani, Kamis (23/10/2025).

Menurut Hellla, pihaknya meminta pedagang untuk menjual beras sesuai HET yang sudah ditetapkan. HET beras zona 1 yang meliputi wilayah Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi ditetapkan Rp 14.900 per kilogram untuk jenis premium dan Rp 12.500 per kilogram untuk beras jenis medium. Namun di lapangan, harganya masih melampaui HET.

"Kami menginbau kepada pedagang harus sesuai dengan HET. Satgas Pangan juga nanti akan ke supplier untuk mengimbau kalau menjual ke pedagang jangan mahal. Kita akan sampaikan evaluasi ini ke pemerintah pusat," kata Hella.

Tania (51) salah seorang pedagang Pasar Cimindi mengaku harga beras medium dan premium sudah mengalami kenaikan sejak sebulan terakhir. Bahkan harganya melebihi HET yang sudah ditetapkan. "Sekarang lagi naik, tinggi harganya. Yang medium biasanya Rp 12.500 per kilogram sekarang Rp 13.000 per kilogram dan premium awalnya Rp 15.000 per kilogram sekarang Rp 15.500 per kilogram," kata Tania.

Menurutnya, tingginya harga beras hingga melebihi HET itu dikarenakan pasokan sedikir tersendat karena adanya keterlambatan dalam proses produksi di wilayah penghasil. Tania biasanya mendapat pasokan beras dari sejumlah derah seperti Solo, Ngawi, Garut, Majalengka dan sekitarnya.

"Dari petani katanya pasokan pasokan gabah keringnya kurang meskipun sekarang lagi panen raya sebagian mungkin karena cuaca. Jadi pengirimannya telat," kata dia.

Kondisi itu, memaksa pedagang di pasar seperti dirinya harus menaikan harga supaya tidak terlalu merugi. Sebab, harga yang didapat dari daerah penghasilnya sudah tinggi. "Kalau kami mengikuti harga dari sana, kalau harga belinya tinggi ya terpaksa saya juga naikin harga jualnya," katanya.

Agus Slamet (45) pedagang lainnya menuturkan, tingginya harga beras medium dan premium ini berdampak terhadap penjualan. Konsumennya banyak yang mengurangi takaran pembeliuan belakangan ini. "Sekarang kan harga mahal-mahal jadi mereka beli berkurang. Misalnya, biasa 10 kilogram jadi 5 kilogram karena uangnya dipakai untuk kebutuhan lain," kata Agus.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |