Film Palestina Jadi Sorotan di Doha Film Festival 2025

8 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Doha Film Institute (DFI) menegaskan komitmennya untuk menghadirkan suara-suara penting dan mendesak dari dunia Arab dengan menyoroti kisah-kisah Palestina di ajang Doha Film Festival 2025. Festival film tahunan di Qatar itu diharapkan menjadi ruang bagi ingatan, martabat, dan keteguhan rakyat Palestina.

Setidaknya ada empat film pilihan yang akan diputar selama festival berlangsung pada 20-28 November mendatang. Film pembuka dan paling ditunggu adalah The Voice of Hind Rajab karya sutradara Tunisia Kaouther Ben Hania, disusul With Hassan in Gaza karya Kamal Aljafari, Once Upon a Time in Gaza karya Tarzan dan Arab Nasser, serta pemutaran khusus Palestine 36 garapan Annemarie Jacir.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Direktur Festival sekaligus CEO Doha Film Institute, Fatma Hassan Alremaihi, mengatakan film-film tersebut merupakan kesaksian atas keteguhan dan keberanian rakyat Palestina. Semua film itu juga membawa ingatan, luka, sekaligus harapan rakyat Palestina

"Film-film ini bukan sekadar cerita di layar, tetapi merupakan kesaksian tentang kebenaran, ketahanan, dan perlawanan, suara dari sebuah bangsa yang menolak dibungkam. Mereka membawa ingatan, luka, dan harapan rakyat Palestina yang tak kunjung padam," kata Alremaihi seperti dilansir laman BroadcastPro Middle East, Ahad (2/11/2025).

Menurutnya, melalui dukungan terhadap karya-karya tersebut, Doha Film Institute ingin menegaskan sikap keberpihakan pada kemanusiaan, berdiri bersama rakyat Palestina. "Kami juga ingin memastikan kisah mereka terus dilihat, didengar, dan diingat," kata dia.

Film The Voice of Hind Rajab memadukan rekaman asli panggilan darurat dengan adegan dramatis untuk mengisahkan detik-detik terakhir kehidupan seorang gadis kecil di Gaza yang tangisannya menggugah dunia. Sementara itu, Once Upon a Time in Gaza menceritakan kisah kekerasan, balas dendam, dan tragedi yang terjadi di Gaza pada tahun 2007.

Karya Kamal Aljafari, With Hassan in Gaza, menghadirkan refleksi puitis tentang kehilangan, waktu, dan memori. Sedangkan Palestine 36 karya Annemarie Jacir membawa penonton ke masa Mandat Inggris tahun 1936, menyoroti kisah perlawanan dan keteguhan rakyat Palestina.

Festival tahun ini juga menandai babak baru dalam misi DFI untuk menumbuhkan talenta regional dan memajukan cerita-cerita autentik dan mendesak dari dunia Arab. Sejumlah lokasi ikonik di Doha, seperti Katara Cultural Village, Msheireb Downtown Doha, dan Museum of Islamic Art, akan diubah menjadi pusat kegiatan sinema dan dialog lintas budaya.

Melalui rangkaian pemutaran film, diskusi, dan acara komunitas, Doha Film Festival berupaya menciptakan pengalaman budaya bersama yang menegaskan kekuatan sinema dalam menginspirasi, menyatukan, dan memperdalam pemahaman tentang kemanusiaan. Festival ini menjadi wadah bagi suara-suara Palestina untuk tetap terdengar.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |